Ada begitu banyak upacara adat di Bali, mulai dari sekedar peresmian jalan tembus, memindahkan rumah, yang ini termasuk sederhana. Sampai yang rumit misalnya ngotonin atau ulang tahun, mesangih atau potong gigi ini termasuk yang sedang. Yang paling rumit misalnya ngusaba nini, mapekelem, memungkah.
Yang disebut diawal pindah rumah dan jalan tembus, hanya menyangkut lingkungan hidup, yang kedua potong gigi dan oton, menyangkut manusia. Sedangkan ngusaba, memungkah menyangkut sang pencipta atau Ida Sang Hing Widhi.
Tenggang waktunyapun berjenjang. Bila menyangkut jalan tembus dan pindah rumah, cukup seminggu. Yang otonan dan potong gigi bisa selama 2 minggu persiapannya. Sedangkan memungkah bisa selama sebulan.
Upacara potong gigi biasanya diwajibkan kepada mereka yang telah akil balig, usia antara 15 sampai 20 tahun. Pada hari baik yang sudah ditentukan, peserta potong gigi sejak pagi hari sudah melakukan yang namanya mabersih ring raga. Mereka dimandikan secara adat dengan air kembang 7 rupa. Ada mawar, kenanga, cempaka, pacah, dan bunga lain yang harumnya alami.
Setelah itu mereka yang akan potong gigi dirias dengan pakaian adat kebesaran. Namanya payas agung matatah. Untuk pria terdiri dari bagian atasnya destar dengan motif prada keemasan, sedangkan wanitanya gelung juga dengan bunga emas betulan.
Pakaiannya bagi peserta metatah pria mengenakan baju putih terbuat dari kain sutra dengan torehan prada bermotif aneka macam bunga dan satwa langka.
Destar bermotif prada maknanya, adalah mereka yang potong gigi diharapkan bisa mengendalikan fikirannya sehingga senantiasa bening dan bersih.
Pada saat yang tepat, biasanya sebelum tengah hari, ketika pemimpin upacara potong gigi sudah mempersiapkan banten dan perlengkapan lainnya, peserta potong gigi akan dituntun oleh orang tuanya menuju bale adat. Ditempat itu seluruh sanak keluarga tetangga handai taulan dan kerabat sudah menanti dengan perasaan terharu.
Hari itu mereka akan menjadi saksi akan berakhirnya masa kanak-kanak bagi salah satu keluarga mereka. Potong gigi sendiri maknanya adalah menghilangkan segala macam keburukan dalam diri manusia.
Setelah melakukan sembah sebanyak 3 kali, mereka yang akan potong gigi memulai ritual sakral itu. Direbahkan diatas kasur masih lengkap dengan pakaian adat kebesaran. Yang pertama dilakukan adalah, menggigit tebu untuk mengganjal rahang sehingga tidak tertutup selama proses pengikiran gigi. Yang pertama dilakukan adalah secara simbolis memahat dengan pahat kecil 6 gigi bagian atas, 2 taring, dua gigi depan dan dua gigi sebelahnya. Ini simbolis bahwa 6 musuh dalam diri akan segera disingkirkan. Dia terdiri dari keinginan untuk main judi, mencuri, main perempuan, minum, mabuk dan madat.
Kemudian dengan penuh konsentrasi sangging atau ahli potong gigi secara adat akan melakukan tugasnya. Gigi taring dan 4 gigi bagian atas akan dikikir secara pelahan untuk membuatnya rata. Ini berlangsung beberapa menit saja, kemudian mereka yang potong gigi akan diberi cermin untuk melihat apakah giginya sudah rata, taringnya sudah tidak lancip lagi. Ketika itulah keluarga yang berada di sekitar bale adat akan memberi komentar apakah giginya sudah bagus atau belum.
Selanjutnya dilakukan kumur suci, dengan menggunakan tirta yang dibuat dengan doa tertentu. Dilanjutkan dengan membung air kumuran itu ke dalam kelapa gading yang sudah dikasturi. Karturi maksudnya dilubangi dengan pisau tajam yang sudah disucikan dengan simetres berbentuk segi enam. Kelapa gading itu kemudian dikumpulkan dan dengan upacara tertentu di buang ke sungai yang mengalir ke laut. Maknanya semua keburukan yang ada pada diri manusia sudah dimusnahkan.
Selanjutnya peserta potong gigi diberikan sirih yang sudah diberikan mantra suci, mereka harus menggigitnya sebanyak 3 kali, maknanya setelah potong gigi mereka memulai sesuatu dengan pandangan baru yang lebih pragmatis, tidak lagi membawa masa kanak-kanak yang melenakan dan kadang menjengkelkan.
Barulah kemudian mereka boleh turun kehalaman, tapi sebelumnya menginjak dulu banten pengelukatan sebanyak tiga kali. Artinya setelah semua keburukan tuntas dimusnahkan maka mereka yang mengikuti upacar potong gigi bisa mulai melangkah ke jenjang yang lebih tinggi dalam kehidupan selanjutnya.
Ada 4 tingkatan dalam hidup orang Bali, 25 tahun pertama disebut brahmacari, kesempatan mereka untuk menggali ilmu setinggi mungkin. 25 tahun kedua disebut grahasta, ketika mereka mulai membangun rumah tangga dan mengumpulkan kekayaan, 25 tahun ketiga adalah bhiksuka saat mereka sudah bisa diminta pendapatnya untuk kepentingan masyarakat banyak dengan menjadi pemimpin. Sedangkan 25 tahun terakhir adalah wanaprasta, saat manusia meninggalkan semua gemerlap dunia memasuki alam nirwana menjelang menghadap sang pencipta.
Potong gigi adalah melepas masa brahmacari menuju ke masa grahasta. Mereka yang belum potong gigi tidak disarankan melakukan upacara perkawinan lebih dulu. Karena ketika mengikuti upacara perkawinan pasti akan diawali dengan upacara potong gigi lebih dulu.
Begitulah Bali, ada banyak rangkaian upacara yang sarat makna, yang intinya adalah bagaimana hubungan antara manusia dengan alam manusia dengan sesama dan manusia dengan tuhannya dijaga secara harmonis, serasi seimbang dan selaras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar